Translate

Jumat, 29 Juni 2012

Jebakan Batman Moratorium


Jebakan Batman Moratorium
Oleh : Ignatius Ery Kurniawan


Film action Batman, boleh jadi banyak bercerita tentang kehancuran sebuah negeri entah berantah. Dengan contoh kehidupan, di sebuah kota Gotham, yang tanpa kendali pemerintahan yang jelas. Selalu biang onar yang meneror, tanpa ada kepastian hukum dan keselamatan bagi warga yang hidup didalamnya.

Namun, di Gotham, ada sosok superhero, Batman yang memberikan perhatian besar bagi kebenaran dan keadilan, utamanya membantu yang lemah dan tertindas. Kejahatan dan ketidak adilan yang kerap terjadi di Gotham, sering kali mendapat penyelesaian tuntas dari Batman.

Walau seringkali kalah personil dan kalah dalam persenjataan, namun Batman selalu memiliki strategi dan taktik yang mampu memperdaya lawan. Seringkali, jebakan batman menjadi strategi jitu untuk memenangi pertarungan.

Karut marut yang terjadi di bumi pertiwi, kini nyaris sama dengan kehancuran yang terjadi di film action Batman. Seringkali, ketidakpastian hukum menjadi pencetus dari maraknya masalah yang timbul dan tenggelam tanpa penyelesaian yang jelas. Hanya rumor dan isu yang merebak dan menjadi santapan tanpa arti.

Pantas saja, media televisi selalu menempatkan isu-isu mengenai artis atau orang top negeri ini, sebagai berita utama yang menjual. Wajar kemudian, ketika acara-acara gosip menjadi acara favorit karena memiliki rating jumlah penonton yang memukau.

Ironis, bila menilik peristiwa yang terjadi pada industri kelapa sawit Indonesia. Pemberlakuan Inpres No 10 tahun 2011, tentang Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam dan Lahan Gambut selama dua tahun, baru saja dikeluarkan pada 20 Mei 2011.
Walaupun sudah menuai banyak kecaman dan kritikan, tetap saja Inpres berjalan sesuai kehendak sang empunya kekuasaan.

Bahkan, pemberlakuannya bertepatan dengan hari Kebangkitan Nasional. Dimana, seharusnya kebanggaan atas tanah air tercinta, menjadi kunci keberhasilan untuk pembangunan dan kesejahteraan, bagi ratusan juta rakyat Indonesia! Tapi, pelarangan dan hambatan bagi pengembangan industri kelapa sawit kembali terjadi.
Usai menghadapi dentuman bombardir regulasi dari negara tujuan ekspor, Kritikan pedas Lembaga Swadaya Masyarakat. Kini, pemerintah pun ikut menekan industri ini melalui regulasi. Sialnya, industri ini yang telah memberikan jasa pendapatan pemerintah sebesar 10% untuk penerimaan devisa negara dari sektor non migas.

Lantas, Apakah jasa sawit, sebagai pahlawan devisa akan terabaikan begitu saja? Atau tak berguna? Sama seperti Guru, atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Berjuang tanpa pamrih, hanya untuk mendapatkan devisa bagi negara, walaupun nyawa menjadi taruhannya.

Pastinya, pemerintah harus kembali berkaca, menimbang dan merenungkan sebuah arti dari perjuangan yang telah dirintis puluhan tahun lalu. Menjadi sangat penting, apabila kebijakan pemerintah dapat memiliki strategi jebakan batman, sehingga mampu melindungi ratusan juta rakyat dan usaha yang dilakukannya dari ketidak adilan, sehingga rakyat Indonesia menjadi makmur dan sejahtera.