Translate

Sabtu, 06 Mei 2023

Belajar Trading Saham Emiten Sawit

Belajar trading emiten sawit, lantaran sudah banyak perusahaan sawit yang menjadi emiten di Bursa Efek Indonesia. Keberadaan Emiten Sawit terkini, menjadi informasi menarik bagi banyak orang. 

Selain informasi menarik, belajar trading saham juga bisa didapatkan dari investor senior alias kawakan. Seperti sosok Lo Kheng Hong yang telah puluhan tahun menekuni dunia bisnis saham. 

Sosok Lo Kheng Hong, sebagai investor kawakan Indonesia sudah dikenal luas. Bertangan dingin dan punya visi bisnis panjang telah menjadi ciri khas sosok investor asal Indonesia ini. 

Kegigihan Lo Kheng Hong yang selalu optimis dalam menghadapi kondisi ekonomi global dan nasional, dapat menjadi teladan dalam melakukan bisnis. Seperti sepak terjang yang dilakukan Lo Kheng Hong pada 2022 silam. 

Berdasarkan pemberitaan InfoSAWIT, tangan dingin investor kawakan ini telah merambah saham emiten sawit. Gerak lincah investor ini, bisa jadi akan menjadi contoh bagi pelaku bisnis saham emiten sawit lainnya. 

Bahkan, kemampuan investor kawakan ini, telah terbukti dengan menjadi pemilik saham publik terbesar ketiga dari saham emiten sawit ANJT. Berdasarkan pemberitaan InfoSAWIT, Lo Kheng Hong memiliki 5,11 juta lembar saham ANJT. 

Emiten ANJT adalah PT Austindo Nusantara Jaya Tbk, yang berdasarkan  Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2022, kepemilikan saham Lo Kheng Hong terbesar ketiga pada saham publik. 

Jika anda tertarik dengan berbagai informasi seputar saham emiten sawit. Silahkan follow TELEGRAM 

Sampai jumpa di Grup Telegram Emiten Sawit. 

Jumat, 03 Juni 2022

Minyak Goreng Masih Mahal Sebab Harga CPO Tinggi, Tapi Harga TBS petani kok murah?

Banyak harapan ditorehkan saat pelarangan #ekspor #CPO dan produk turunannya dicabut Pemerintah Indonesia. Lantaran dengan dicabutnya larangan, maka harga jual CPO akan kian meninggi karena permintaan pasar ekspor masih tinggi. 

Memang harga CPO di pasar ekspor masih mendaki, tapi sebaliknya di #hargaTBS #petaniswadaya tak kunjung naik sesuai aturan harga Pemerintah dan harapan puluhan juta petani #sawit Indonesia. 

Bak cerita #telenovela atau sinetron yang edisinya berseri-seri sampai menahun. Kondisi serupa juga dirasakan oleh #kehidupan #petani. #sawit impian yang mereka panen, tak kunjung mendapatkan harga jual maksimal. 

Cerita ini kemudian bersambung pula.. Paska pencabutan larangan ekspor, petani kini menggugat banyak pihak, dari perusahaan perkebunan, dinas Daerah setempat hingga Kementerian pusat dan Presiden #Jokowi. 

Seolah-olah tak terdengar, jeritan dan tangisan petani sawit hingga saat ini (4/6) masih menjadi sekedar cerita bersambung. Tak ada pihak yang dapat memastikan harga jual TBS petani bakal membaik. 

Sampai kapan akan begini? 



Jumat, 26 Februari 2016

Industri Biodiesel Terkerek Naik

Potensi penggunaan campuran biodiesel dari sawit yang 2016 ini direncanakan 20% memberikan potensi besar akan naiknya permintaan CPO.

Memang, minya sawit mentah (CPO) menjadi primadona minyak nabati dunia. Keberadaan CPO yang digunakan sebagai minyak makanan dan non makanan, sudah dikenal dunia sejak jaman peradaban dimulai.

Itu sebabnya, penggunaan CPO sebagai bahan baku biodiesel makin sering digunakan. Namun, memasuki lini bisnis bahan bakar minyak (bbm), bukan perkara mudah. Terlebih harga crude oil yang kian murah saat ini.

Terobosan penggunaan CPO sebagai biodiesel yang kian meningkat, tidak bisa menjamin penggunaan biodiesel ikut bertambah. Pasalnya, minyak solar dari petroleum kian murah harganya.

Terkereknya konsumsi CPO untuk biodiesel, juga akan mengalami cerita kekelaman. Terobosan terbaik, melalui market intelejen, dimana kebutuhan pasar yang menjadi panglimanya.

Sejatinya, penggunaan CPO sebagai biodiesel akan membaik, jika ditambah industri turunan lainnya seperti biolubricant, yang dalam kurun 1 dekade ini selalu mengalami permintaan pasar yang meningkat.

Siapkah industri hilir sawit melakoninya?

Rabu, 26 Agustus 2015

Harga CPO Makin Murah

Jakarta- Berkurangnya permintaan pasar global akan minyak sawit mentah (CPO) menyebabkan suplai kian meninggi. Akibatnya harga jual CPO kian tergerus, lantaran produksi yang mendekati panen raya kian tak terbendung.

Di sisi yang lain, harga CPO digunakan pula sebagai patokan harga tandan buah segar (TBS) yang berasal dari petani sawit. Imbasnya, harga jual TBS kian menukik dan mengakibatkan petani enggan turun ke kebun.

Hasil yang kini diterima petani sawit dari menjual hasil panen TBS, juga makin mengecil. Jika biasanya, mereka mendapatkan hasil sekitar Rp 2-3 juta/ha/bulan. Kini hasil panen yang didapat, hanya terjual sebesar Rp 500 ribu - 1 juta/ha/bulan.

Rendahnya pendapatan petani akan menjadi persoalan besar di kemudian hari. Bagaimana pebisnis harus mengatasinya?

Silahkan melihat portal www.infosawit.com guna mendapatkan informasi bisnis sawit yang faktual dan terpercaya.

Untuk konsultasi bisnis dan brand image, visit www.erykurniawan.com 

Semoga bermanfaat!


Rabu, 05 Agustus 2015

Harga CPO Meluncur Turun

Jakarta-Harga minyak sawit mentah (CPO), diprediksi akan terus meluncur turun. Potensi keberadaan harga emas licin ini, cenderung akan mengikuti harga komoditi lainnya yang juga kian menurun harganya.

Ekonomi global yang sedang lesu, menjadi penyebab utama turunya permintaan alan minyak makanan dan non makanan di pasar internasional. Sebagai komoditi global, ketergantungan akan permintaan pasar global berpengaruh hingga mencapai 80% pasokan CPO di dunia.

Kondisi bisnis perkebunan kelapa sawit kian terjepit. Ditengah lesunya harga yang kian menurun, berbagai kebijakan pemerintah juga tidak banyak menolong pertumbuhan harga ke depan.

Kamis, 12 Februari 2015

Food Security Jadi Pengaman

Jakarta-Acara PisAgro yang berlangsunh dari kemarin, menyisakan banyak pekerjaan rumah. Pasalnya, keberadaan makanan banyak yang berasal dari impor.

Menurut Pengamat ekonomi, Bustanul Arifin, keberadaan makanan Indonesia diasa depan harus bebas dari ketergantungan impor.

"Swasembada pangan harus segera terwujud, sejalan arahan Presiden Jokowi beberapa waktu lalu," katanya menjelaskan keberadaan sebagian makanan yanh dikonsumsi di Indonesia masih berasal dari impor.

Selasa, 26 November 2013

Produktivitas Sawit Unggul Berkelanjutan




Oleh : Ignatius Ery Kurniawan


Produktivitas minyak nabati seharusnya jadi tolok ukur utama bagi perkebunan yang sustainable di dunia. Sebab, melalui produktivitas tinggi, maka penggunaan lahan akan sangat efisien, sehingga mampu memenuhi kebutuhan konsumsi global secara berkelanjutan.

Sustainability (keberlanjutan) kini menjadi kata kunci yang sering dibicarakan. Tak hanya dalam konferensi dan media saja, melainkan sudah merambah ke kantong-kantong produsen kelapa sawit termasuk petani, yang sibuk menanam pohon kelapa sawit demi menyambung hidupnya.
Sulitnya melakukan praktik budidaya terbaik yang sustainable, banyak dirasakan pelaku usaha dan petani hampir di seluruh dunia. Pasalnya, keberadaan standar sustainability yang diracik sebagai prinsip dan kriteria (P&K), melulu mengatur keharusan dan kewajiban yang harus dilakukan.
Sejatinya, standar sustainability seperti P&K Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) dan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO), menjadi kebutuhan pengusaha dan petani dalam membangun masa depan perkebunan kelapa sawit. Pasalnya, melalui pembangunan perkebunan kelapa sawit yang sustainable, maka keuntungan besar akan mudah tercapai.
Sebagai minyak nabati global yang memiliki produktivitas paling tinggi, minyak sawit menjadi andalan dunia sebagai minyak nabati paling efektif dan efisien. Potensi besar tersebut, menjadi peluang bagi dunia, untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akan minyak makanan dan non makanan  global.
Lantas, kenapa minyak sawit masih sering dipersoalkan?
Sejatinya, produktivitas tinggi yang dimiliki minyak sawit, merupakan kekuatan besar bagi dunia termasuk Indonesia, untuk terus mengembangkan industri minyak sawit dari hulu hingga hilir. Pasalnya, kebutuhan lahan yang digunakan hanya sedikit saja, untuk menghasilkan minyak nabati yang sehat dan aman guna mencukupi kebutuhan konsumsi global yang terus meningkat.
Merujuk data oilworld tahun 2011, lahan perkebunan kelapa sawit dunia yang digunakan hanya 10,9 juta hektar (ha), untuk menghasilkan minyak sawit mentah (CPO) sebesar 55,9 juta ton. Sedangkan produksi minyak kacang kedelai (soybean oil) sebesar 41,4 juta ton, membutuhkan lahan yang sangat luas, hingga 104,2 juta ha.

Produktivitas Jadi Keberhasilan Berkelanjutan

Besarnya luasan kebun soybean hingga 10 kali lipat bila dibandingkan kebun sawit, menggambarkan rendahnya produktivitas yang rata-rata hanya sebesar 0,4 ton/ha/tahun. Dibandingkan produktivitas minyak sawit yang rata-rata mencapai 5,3 ton/ha/tahun, maka CPO layak disebut sebagai minyak nabati paling efisien di dunia.
Seandainya kebun soybean dijadikan lapangan bola, maka dunia akan memiliki lapangan bola sebanyak .... diseluruh dunia. Pastinya, anak-anak di seluruh dunia akan senang bermain bola, sehingga badan menjadi sehat, karena minyak makanan dan non makanan mereka, tercukupi dari minyak sawit yang sehat dan kaya akan vitamin A dan E.
Ancaman terbesar kerusakan planet bumi, sejatinya bukan berasal dari minyak sawit yang bila dikelola secara budidaya terbaik dan berkelanjutan, mampu menghasilkan produktivitas hingga 7 ton/ha/tahun. Tetapi, berasal dari rakusnya penggunaan lahan dari minyak nabati yang rendah produktivitasnya, seperti soybean oil.
Jika deforestasi ingin dihentikan, pemanasan global berhenti, dan kelestarian alam terjaga secara alami, maka bercocok tanam pohon kelapa sawit harus jadi pilihan utama. Sebab, pohon kelapa sawit berasal dari tanaman hutan di negara Afrika, sehingga secara alami mampu adaptif terhadap hewan dan lingkungan sekitar serta menghasilkan oksigen (O2) setiap harinya secara gratis bagi manusia dan planet bumi.
Stop Global Warming? Mari kita menanam pohon kelapa sawit.